This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Faktor Penyebab Kegagalan Usaha Di Indonesia


Hidup adalah anugrah, banyak hal dalam hidup ini yang harus kita lalui. Kadang kala semua itu buat kita lemah,jenuh bahkan putus asa. Ada baiknya kita hibur diri dan pikiran dengan alunan music sambil baca artikel ini. Jika sobat setuju klik play pada video berikut. Terima kasih...!!!




      Faktor Penyebab Kegagalan usaha di indonesia - Zimmerer (1996) dalam Suryana (2001) menyatakan bahwa kegagalan wirausahawan dalam mengelola bisnisnya dapat disebabkan hal-hal sebagai berikut :

1. Tidak kompeten dalam manajerial, yaitu dicirikan dengan rendahnya kemampuan serta kinerja di dalam pengelolaan usahanya.

2. Kurang memiliki pengalaman dalam berbagai segi, misalnya dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mensinergikan operasionalisasi perusahaan.

3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik maka aspek keuangan harus betul-betul diperhatikan, misalnya menjaga likuiditas perusahaan melalui pengendalian arus kas. Mengendalikan setiap pengeluaran biaya dan penerimaan baik dari pinjaman maupun dari hasil penjualan produk.

4. Adanya kegagalan dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, apabila suatu rencana gagal maka akan berdampak terhadap terhambatnya operasi perusahaan.

5. Lokasi kurang memadai. Lokasi usaha merupakan faktor yang strategis, apabila salah dalam memilih lokasi maka berakibat terhadap terhambatnya operasi perusahaan.

6. Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.

7. Sikap kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengahsetengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dijalankan menjadi labil dan dapat mengakibatkan kegagalan fatal.

8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausahawan yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, cepat atau lambat akan tergusur oleh zaman dan mengalami kemunduran bahkan kebangkrutan usaha. Keberhasilan usaha hanya dapat diperoleh apabila wirausahawan memiliki keberanian mengadakan perubahan dan adaptif terhadap peralihan waktu.



Gambar Faktor Penyebab Kegagalan Usaha Di Indonesia
Faktor Penyebab Kegagalan Usaha Di Indonesia



Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan wirausahawan, Zimmerer (1996) dalam Suryana (2001) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan, yang disebabkan berikut ini.


1. Pendapatan yang Tidak Menentu

Baik pada tahap awal maupun tahap pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan.Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu dapat mengalami kerugian dan
keuntungan. Tingkat ketidakpastian dalam bisnis berpotensi mundurnya seseorang dari kewirausahaan.

2. Kerugian Akibat Hilangnya Modal Investasi

Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah tinggi. Tingkat kegagalan/mortalitas usaha kecil di Indonesia mencapai 78% (Wirasasmita, 1998 dalam Suryana, 2001). Kegagalan investasi dapat mengakibatkan seseorang mundur dari dunia kewirausahaan. Padahal, bagi wirausahawan, kegagalan sebaiknya dijadikan pelajaran berharga.

3. Berwirausaha Memerlukan Kerja Keras dan Waktu yang Lama

Wirausahawan biasanya bekerja sendiri dari mulai pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan. Apabila tidak dibarengi dengan kesabaran dan ketabahan dalam menggeluti berbagai masalah dan tantangan dapat berpeluang mundurnya seseorang dari kewirausahaan. Bagi wirausahawan yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.

4. Kualitas Kehidupan yang Tetap Rendah meskipun Usahanya Mantap

Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang menjadi putus asa dan mungkin mundur dari kewirausahaan. Wirausahawan sejati tentunya tidak akan mudah pasrah, justru keadaan yang dihadapi mendorongnya untuk terus mengadakan perbaikan-perbaikan dan memacu untuk maju terus pantang mundur.


     Berikut ada 7 hal yang penyebab kegagalan usaha/bisnis secara umum;

1.Kurangnya Pemahaman Usaha dan tempat usaha

Memahami secara kontekstual dan strategi bukan saja bagaimana produk itu mempunyai nilai tambah dan dibuat. Namun perlunya pemahaman akan kebutuhan masyarakat akan produk tersebut, baik secara frekuensi, kuantitas, bentuk/jenis dan kualitasnya. Pemahaman usaha juga berkaitan terhadap sarana dan prasarana misal lokasi usaha, info usaha, kondisi kelengkapan usaha. Misal saya ambil contoh, seorang ibu yang pandai sekali memasak belum tentu berhasil dalam usaha rumah makan karena bisnis tidak saja tentang pemahaman proses produksi saja. Misal lagi, tempat usaha yang disewa ratusan juta belum tentu akan membawa keberhasilan usaha, jika tidak mempunyai kedekatan pasar dan kemudahan akses (akses berbasis jangkauan fisik dan teknologi). Kedekatan lokasi dengan sumber bahan baku/sumber produksi juga menjadi bagian penting karena dapat mengefisiensikan biaya transportasi dan produksi.

2. Kurangnya pengalaman dan strategi pemasaran   

Kewirausahaan dalam kontek usaha masyarakat, tetap perlu ada pengalaman usaha. Kalo sekiranya pemodal dan pemilik belum pengalaman maka belilah orang untuk dijadikan staf atau patner usaha, baik secara aktif maupun konsultan. Pengalaman berhubungan dengan bagaimana menjual, kepada siapa menjual, mengikat pelanggan, menangkap reaksi pelanggan dll.
Secara umum masyarakat perilaku kewirausahaan, mampu dan giat dalam produksi, baik dalam usaha kerajinan, makanan,  layanan jasa dan lain-lain namun tidak mempunyai kekuatan dan metode dan konsep pemasaran yang sistematis, ketika hari ini cukup laku maka tidak memperhitungkan kemungkinan bulan yang akan datang bahkan tahun-tahun mendatang. Saya coba pernah terlibat dalam penjauan beberapa UKM, rata-rata tidak mempunyai rencana pemasaran, bahkan rencana usaha atau bisnis plan tidak punya, sehingga rencana peningkatan usaha juga tidak bisa dijadwalkan dan dipacu untuk dicapai.
Pemasaran yang diterapkan masih tradisional dan rentan terhadap perebutan pelanggan oleh pesaing. Tidak ada usaha untuk membangun loyalitas dan fanatisme. BIsakah usaha mikro membangun fanatisme? Sangat bisa, ketika saya menambal ban kendaraan yang bocor saya memilih satu tukang tambal ban dari 3 yang ada di sekitar saya, karena memang kualitas alat pembakar yang menghasilan tambalan yang bagus dan sosoknya pun yang komunikatif, menghargai dan rela mengulang dan dikritik  bila kurang sempurna hasilnya.

3. Kurangnya pemahaman dalam pengadaan dan pemeliharaan bahan baku dan sarana.

Pengadaaan bahan baku tidak serta merta sepreti logika membeli bahan baku cabe, daging dalam rumaha makan atau logika semen, besi dalam usaha bangunan, tetapi lebih kepada bagaimana bahan baku diperlakukan. Banyak pebisnis yang baru membuka usaha membeli bahan baku sebanyak mungkin namun tidak dengan pemahaman bagaimana bahan baku dipelihara, serta pemahaman frekuensi penggunaan bahan baku harian, mingguan dan permintaan masyarakat .Contoh lain lagi, pemahaman sarana, banyak pengusaha dalam bidang digital printing membeli alat jutaan bahkan ratusan juga impor, namun tidak paham bagaimana memelihara dan antisipasi hariannya secara rutin dan strategis, sehingga keseringan rusak menimbulkan  ketergantungan teknisi dari luar kota dan luar negeri, membuat usaha macet ketika alat rusak. Sehingga banyak order yang di batalkan, pelanggan pun lari. Padahal ada beberapa penyedia sarana digital printing  yang memberikan layanan garansi secara pasti sampai ke mendatangkan teknisinya dari China sana, walau harga lebih mahal, ini semua hasil studi kasus di pebisnis digital printing di Yogya.

4. Kurang nya kehandalan pengelolaan administrasi dan keuangan

Kebijakan dalam menentukan keputusan strategi ber wirausaha hendaknya tidak mengandalkan dari insting dan naluri saja. Namun histori dalam catatan administrasi perlu di jadikan modal dalam menentukan keputusan. Kebijakan/Keputusan berbasisis data. Begitu juga dalam hal keuangan, banyak kasus usaha yang dirintis tidak mempunyai kekuatan data keuangan yang baik, sehingga pemilik tidak paham akan pendapatan rutin bulanan, tidak bisa mengkorelasi antara pendapatan, penjualan dan penggunaan bahan baku. Sehingga kemungkinan penyalahgunaan di tingkat bawah bisa dijalankan tanpa diketahui.

5. Kurangnya kehandalan pengelolaan modal dan kendali kredit

Wirausaha-wan yang baik memahami modal tidak saja uang. Sehingga kredit yang membabi buta ke bank-bank bukan salah satu solusi tunggal, apalagi mengambil kredit maksimal dari plafon jaminannya, yang tidak diperhitungkan dari kebutuhan operasional. Pengusaha mikro banyak menjadi kan kredit sebagai expansi produksi dan pra investasi. Tidak akurasi dalam memperhitungkan kebutuhan suntikan modal dengan kemampuan bayar bulanan dan skala likuditas nya. Likuiditasnya misal apakah pelanggan anda selalu cash membayar atau menunda-nunda pembayaran. Dengan kata lain, ketika anda memgajukan kredit ke bank, tentu andapun  juga harus hati-hati dalam memberikan kredit atau pending payment kepada pelanggan anda, pilah-pilah mana yang tertib dan tidak,lali tentukan sikap skala prioritasnya.
Pemodalan yang semu dan tidak terpisah dengan kepentingan/kebutuhan  pribadi juga menjadi awal kegagalan usaha, penarikan dana dari perusahaan/toko terlalu sering dan cepat namun tidak memperhitungkan dengan arus pembayaran dan pendapatan perusahaan/toko/usaha.

6. Kurangnya kehandalan SDM yang berwawasan wirausaha

Wirausahawan yang sejati tidak serta merta menjadikan seluruh keluarganya adalan staf dari perusahaan/toko/usahanya. Kenapa? Karena hubungan yang terlalu cair dalam keluarga dapat menghilangkan kinerja fungsi stuktural yang seharusnya. Misal harusnya pimpinan berhak menegur proses pengelolaan pengadaaan barang yang sesuai standar, namun karena staf yang bertanggungjawab adalah adik ipar, maka segan untuk menegur, dan beranggapan bahwa nanti tentu akan berubah. SDM yang berwawasan wirausaha maka akan membentuk jiwa yang kokoh, karena beranggapan bahwa selain dia staf namun juga sosok yang yakin bahwa dengan sukses di bidangnya maka dia terlah berhasil sebagai wirausaha wan layaknya pemilik usaha, walau hanya dalam area kerjanya, seakan-akan bekerja sukses juga kepuasan pribadi dan teamwork. Sehingga staf mempunyai daya tahan terhadap masalah yang timbul, karena beranggapan bahwa masalah adalah bagian dari proses berwirausaha. Caranya, jangan jadikan staf anda seorang robot yang harus turut pada perintah namun juga diberikan tantangan untuk analisa perbaikan, dan ada reward periodik, inilah hal yang tidak dilakukan penguasana secara umum, dan salah satu kegagalan dalam skop SDM. Memasukkan nilai kewirausahaan menyatu dalam motivasi kerja bawahan bukan hal yang mudah, tetapi jika anda memberikan tantangan dan standar pencapaian per unit, maka itu salah satu bentuk pendidikannya, tinggal metode harmonisasiny antara divisi.
KEkurangan dalam menentukan kualifikasi staf dalam rekrutmen merupakan sebagian penyebab kegagalan dalam usaha peningkatan keberlangsungan usaha. Sehingga perencaaan usaha yang baik selalu menyiapkan kriteria SDM masing-masing divisi baru melakukan rekrutmen. Jangan terbalik.

7. Kekurangan pemahaman perubahan teknologi

Dalam awal tulisan ini disinggung masalah seorang pengusaha individu bidang Cetak Foto Kilat, secara logika pengusaha Cetak Kilat 10 menit tad harusnya i langsung bermigrasi ke bisnis cetak berbasis digital ketika ada perubahan teknologi cetak foto, namun karena justru banyak keterbatasan pemahaman teknologi maka pelarian usaha justru keluar dari bisang usaha sebelumnya. PEmahaman teknolgi bagi SDM tidak serta merta harus berkaitan dengan computer dan internet, namun juga berdasar kemudahan dari dampak teknologi yang ada, misal mengulek sambel dari cobek beralih dengan blender, dari penghangat nasi dengan kompor beralih ke magic jar. Sekarang kalo dalam bidang cetak mencetak, yang dahulunya dengan mesin cetak warna yang mahal sekarang cukup dengan yang portable dan print namun tetap dengan kualitas handal.
Kegagalan usaha pemahaman teknologi ini tidak semata karena pemahaman pembelian namun juga pemeliharaan, misal banyak data keuangan, data nasabah yang hilang karena virus, atau ketidakmampuan staf dalam melindungi data file konsumen sehingga ada pesaing yang bisa mengambil melalui salah satu stafnya yang hendak kena PHK atau pindah, sehingga data-data dengan mudah digunakan oleh pesaing.
Teknologi juga berkaitan dengan prediksi kehandalan perangkat yang digunakan saat ini agar tetap survive dalam 5 s.d 15 tahun mendatang. serta hendaknya SDM harus mau belajar setiap saat untuk mengikuti perkembangan teknologi.
Teknologi juga berakitan dengan keberhasilan pemasaran baik dalam mendesain grafis, pubklikasi profil dalam cd, membuat website atau blog gratis. Jangan berpikir bahwa usaha kecil pun tidak perlu website, karena beberapa waktu lalu saya mendesain sistem sebuah web untuk promosi kecil usaha jahit baju, saat ini order dari beberapa kota hasil promosi di website sudah mulai berdatangan. Yang penting unik, entah harga, hasil, pengguna dan nuansa.


Dalam dunia wirausaha memang banyak sekali tantangan yang dihadapi, tantangan tersebut akan membuat pengusaha dihadapkan pada 2 pilihan; yang pertama, adalah orang yang mengambil pilihan untuk menyerah dan menutup buku dan mengubur semua kenangan buruk kegagalan dalam berwirausaha. Yang kedua, adalah orang yang lantas berpikir dan menganalisa kesalahan dalam berwirausaha, mencari solusi untuk bangkit kembali dan pantang menyerah. Dan biasanya, pilihan kedua tersebut yang kelak akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan jerih payah dalam berusaha.
Namun, apa sebenarnya faktor kegagalan yang banyak terjadi namun sering dilupakan? Berikut adalah tips wirausaha mengenai analisa 5 hal penyebab kegagalan dalam berwirausaha yang kurang disadari dan banyak dilupakan:
1. Parttime vs Fulltime.
Seorang yang berwirausaha secara paruh waktu dengan yang fulltime akan mempunyai peluang yang berbeda untuk memajukan bisnisnya. Orang yang berwirausaha sebagai sampingan akan terpecah konsentrasi, waktu, tenaga, dan tugasnya. Karena beberapa hal tidak akan bisa dikerjakan pada sisa-sisa waktu saja. Berbeda dengan yang sudah menjalankan usaha secara full, dia bisa fokus penuh pada bisnis yang sedang dijalankan. Dampaknya pasti berbeda.

2. Membesarkan skala usaha terlalu cepat.
Memang bagus jika dilihat sebuah usaha berkembang dengan cepat, namun apakah sudah memiliki pondasi yang kuat? Untuk itu, diperlukan sumber daya manusia yang benar-benar bisa bekerja dengan baik dan loyal terhadap perusahaan. Setiap langkah yang dibuat perusahaan harusnya sesuai dengan model bisnis yang sudah matang terencana sebelumnya yang tentunya akan lebih efektif dan terukur, ketimbang memikirkan konsep sambil berjalan.

3. Membuat produk yang tidak komersil.
Seringkali para pengusaha menambah fitur-fitur baru berdasarkan keinginan idealis yang tidak menambah nilai jual dan nilai tambah bagi pelanggan. Seharusnya dalam mengembangkan produk pengusaha harus berinovasi, bernilai komersil tinggi dan bisa memprediksi untuk penjualan di masa depan.

4. Tidak handal.
Tipe pengusaha yang tidak handal adalah seperti contohnya tidak mudah untuk merekrut tim bisnis, mengumpulkan dana, menjaring pelanggan, dan membangun kemitraan. Banyak pengusaha yang gagal dalam hal ini. Bukannya harus perfect atau tanpa kesalahan, namun akan lebih baik jika ada sesuatu yang tidak bisa dilakukan pengusaha tersebut lalu mencari solusi, bisa melalui pembicaraan dengan tim, bertanya dengan guru dalam berbisnis atau rekan yang sekiranya dapat membantu memecahkan masalah tersebut.

5. Pemilihan waktu yang kurang tepat untuk meluncur ke pasar.
Hal ini adalah faktor yang paling krusial dari semua faktor karena berada diluar jangkauan kendali pengusaha. Kadang sebuah ide muncul di saat yang kurang tepat, dan memang sukar mempertemukan keduanya dengan tepat waktu dan sempurna. Namun hal ini dapat diatasi dengan mempertajam intuisi dan terus mengamati perkembangan yang terjadi secara cermat.

Hal diatas memberikan gambaran singkat tentang faktor penyebab kegagalan pengusaha yang banyak terlupakan. Dalam berwirausaha anda akan menemui banyak sekali tantangan yang bisa diibaratkan sebagai ujian yang harus dihadapi, tantangan yang terbesar akan muncul dan biasanya itu menjadi titik balik yang sangat menentukan langkah anda sebagai seorang wirausahawan selanjutnya, untuk itu belajarlah dari kesalahan, pantang menyerah dan tetap semangat untuk mencapai kesuksesan!


faktor-faktor penyebab usaha gagal


  • Terlalu banyak ide. Pebisnis memiliki ide yang terlalu banyak sehingga bingung memilih mana yang akan direalisasikan. Sering terjadi, memiliki terlalu banyak ide bisnis justru membuat wirausahawan tidak melakukan apa-apa.
  • Miskin keberanian untuk memulai. Wirausahawan yang berpikir terlalu banyak cenderung memiliki banyak pertimbangan. Ia terlalu takut memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapinya. Akibatnya, wirausahawan tidak pernah benar-benar memulai bisnisnya.
  • Terlalu pandai menganalisis. Ide bisnis terkadang dianalis dengan lengkap dan rinci mulai dari modal, untung-rugi, bahkan hingga break event point. Analisis yang terlalu mendalam akan membuat wirausahawan tidak segera memulai bisnisnya.
  • Ingin cepat sukses. Dibutuhkan kesabaran dan kemauan untuk menjalani proses yang panjang sebelum bisnis wirausahawan membuahkan hasil.
  • Tidak berani bermimpi besar.Mimpi yang besar dibutuhkan untuk memotivasi wirausahawan mencapai kesuksesan.
  • Beranggapan bahwa bisnis butuh pendidikan tinggi. Tidak butuh gelar sarjana untuk berwirausaha. Wirausaha adalah bidang bisnis yang bisa dipelajari dari kehidupan sehari-hari tanpa mengenyam pendidikan formal.
  • Negative thinking. Banyaknya informasi tentang bisnis membuat calon wirausahawan menganalisis kemungkinan terburuk dari sebuah bisnis. Cara pandang yang negatif ini tentu menghambat wirausahawan untuk memulai bisnisnya.
  • Mengerjakan semuanya sendiri. Tidak ada manusia yang sempurna. Pebisnis manapun pasti memiliki keterbatasan sehingga butuh bantuan orang lain.
  • Tidak fokus. Alasan berwirausaha mungkin memang hanya sebagai bisnis sampingan, namun bukan berarti wirausahawan bisa setengah hati menjalankan bisnisnya.
  • Acuh terhadap konsumen. Jangan menutup mata dan telinga terhadap keluhan dan saran yang diberikan buyer terhadap bisnis.
  • Mengabaikan kualitas.Terlalu fokus pada kuantitas penjualan seringkali membuat wirausahawan tidak berinovasi untuk memperbaiki kualitas produknya.
  • Mudah pindah haluan. Terlalu mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis lainnya membuat usaha tidak pernah mencapai target awalnya.
  • Tidak punya skala prioritas. Menganggap penting semua hal terkait bisnisnya membuat wirausahawan tidak bisa memprioritaskan mana yang mendesak dan mana yang bisa menunggu.
  • Kurang kerja keras & kerja cerdas. Tidak semua alternatif perlu dicobakan ke dalam bisnis. Wirausahawan perlu pandai memilah-milah hal yang sesuai dan tidak sesuai bagi bisnisnya.
  • Satu keuangan. Meskipun jenis usahanya adalah bisnis pribadi, bukan berarti keuangan pribadi bisa disatukan dengan keuangan bisnis. Wirausahawan perlu memisahkan finansial bisnis dan finansial personal.
  • Mudah menyerah. Anggaplah sebuah solusi sebagai satu-satunya jalan keluar dari permasalahan. Dengan begitu, wirausahawan tidak mudah menyerah dalam menghadapi kendala bisnis.
  • Melupakan strategi penjualan. Terlalu banyak berinovasi pada tahap pra-produksi membuat wirausahawan melupakan strategi pasca-produksi, yaitu penjualan.
  • Berperilaku buruk. Tidak sedikit wirausahawan yang merasa pongah dan sombong ketika mencapai kesuksesan. Jika tidak diperbaiki, perilaku negatif ini akan menghancurkan bisnis wirausahawan suatu saat nanti.
  • Melupakan keluarga. Pebisnis sukses sering berpikir, “No pain, no gain.” Namun, bukan berarti ia boleh mengorbankan keluarganya demi berbisnis. Keluarga merupakan motivator yang paling berpengaruh di saat-saat sulit wirausahawan dalam menjalankan bisnis.
  • Melupakan Tuhan. Terlalu sibuk berbisnis membuat wirausahawan tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Relasi spiritual yang baik dengan Tuhan perlu dibangun agar aspek duniawi dan aspek rohani seimbang.


Mau Dapat Uang Saat Internetan, Tanpa Modal Dan Bukan Tipu-Tipu : Klik Disini