“KASIH KRISTUS DASAR PENGERTIAN PERNIKAHAN KRISTIANI”
PERNIKAHAN KRISTIANI |
Hidup adalah anugrah, banyak hal dalam hidup ini yang harus kita lalui. Kadang kala semua itu buat kita lemah,jenuh bahkan putus asa. Ada baiknya kita hibur diri dan pikiran dengan alunan music sekalian baca artikel ini. Jika sobat setuju klik play pada video berikut. Terima kasih...!!!
A.Pengertian Pernikahan Kristen.
”PERNIKAHAN KRISTEN ADALAH IKATAN DAN PERSEKUTUAN HIDUP YANG MENYELURUH ( TOTAL ) DARI SEORANG PRIA (SUAMI) DENGAN SEORANG WANITA (ISTRI) YANG TELAH DITEGUHKAN ALLAH DALAM PERNIKAHAN KUDUS; YANG MELIPUTI ROH, JIWA DAN TUBUH; MASA KINI DAN MASA YANG AKAN DATANG ( SAMPAI SALAH SEORANG MENINGGAL DUNIA ), DENGAN TUJUAN UNTUK MEMBENTUK SECARA BERTANGGUNG JAWAB SUATU RUMAH TANGGA KRISTIANI YANG KUDUS, HARMONIS, DAN BAHAGIA SERTA MEMULIAKAN DAN MELAYANI TUHAN.” ( Micha N.L. Tobing).1. IKATAN adalah istilah Hukum, artinya Pernikahan harus diikat dan didasarkan atas Hukum Allah dan Hukum Negara (catatan sipil).
2. PERSEKUTUAN adalah istilah Kristen/ Alkitab yang mengandung arti kesatuan, kebersamaan, keakraban, hubungan saling….antar Suami Istri yang didasari oleh Kasih Kristus ( Baca I Petrus 3:7-9 + Kol 3:14)
3. SEORANG PRIA DAN SEORANG WANITA untuk menentang pernikahan Poligami dan Homoseksual / Lesbian ( baca I Tes 4:4 )
4. DITEGUHKAN OLEH ALLAH dalam pernikahan yang kudus artinya disahkan oleh Allah dalam acara peneguhan dan pemberkatan nikah oleh gereja. Hidup sebagai Suami Istri yang belum diteguhkan oleh Tuhan melalui gereja adalah tidak sah, tidak berkenan dihati Tuhan, suatu bentuk perjinahan / kenajisan dan permusuhan dengan Allah ( Kel 20:14 dan Yak 4:4 ). Kata tidak setia (Baca Yak 4:4 ) dalam bahasa Mandarin, Inggris dan Gerika ditulis dengan arti sebenarnya sebagai penjinah (Bhs Gerika: Moichalis ) dan tindakan/ perbuatan jinah tersebut menurut Yakobus 4:4 adalah tindakan / perbuatan yang memusuhi Allah. Saudara dapat membayangkan, bila seorang begitu berani memusuhi Allah, ia pasti akan merasakan efek negatif. Nasehat kami jangan dahulu/ coba-coba untuk kumpul bersama (kumpul Kebo ), tidur bersama dsb. Tunggulah sampai hari pernikahan yang dilaksanakan oleh gereja.
5. MELIPUTI ROH, JIWA DAN TUBUH. ROH berbicara mengenai iman kepada Tuhan Artinya kedua mempelai harus satu Iman, satu Tuhan, lebih baik lagi satu gereja. Jangan menikah dengan calon Istri / Suami dari agama lain. JIWA berbicara mengenai kehendak, kemauan yang didasari atas saling mencintai. Jangan menikah karena paksaan dari ortu atau calon teman hidup dsb. TUBUH berbicara mengenai hubungan tubuh/ jasmani/ seksualitas. Pada awal pernikahan, mobilitas seksual cukup tinggi dan cukup sering dilakukan, tetapi setelah 5, 10, 20 tahun kelihatannya mobilitas seksual sudah mulai berkurang, malah ada yang sudah 8 tahun tidak lagi berhubungan seksual, padahal kesetiaan, kebahagiaan dan kenikmatan hubungan pasutri harus juga selalu dibarengi dengan melakukan hubungan intim suami istri ( Seksual ).
6. SAMPAI SALAH SEORANG MENINGGAL DUNIA, maksudnya adalah agar hidup nikah harus selalu dipupuk dengan Kasih Kristus, agar jangan tejadi perceraian dengan Suami / Istri sebelum salah seorang meninggal dunia ( Baca : Maleakhi 2:16 )
7. RUMAH TANGGA YANG BERTANGGUNG JAWAB, maksudnya bertanggung jawab atas keperluan jasmani, jiwani/ batin dan rohani.
8. MEMULIAKAN DAN MELAYANI PEKERJAAN TUHAN ( Baca: Yosua 24: 15 ). menurut Pasutri yang tidak beribadah ( jarang kegereja) dan tidak terlibat pelayanan rasanya belum serasi dan belum mencapai tujuan pernikahan tersebut. Pernikahan Kristen merupakan perjanjian. Sebuah perjanjian adalah sebuah ikrar — sebuah janji kasih dan kesetiaan. Sebuah perjanjian melibatkan kesinambungan — dalam pengertian melihat ke masa depan dan menoleh ke belakang kepada sejarah bersama-sama. Sebuah pernjanjian berarti keterlibatan —sebuah pengabdian kepada sebuah hubungan kasih dan perhatian yang kaya dan semakin bertumbuh.
Kasih dan kesetiaan adalah kunci Pernikahan Kristen. Kasih yang dimaksud tidak sebatas kasih Eros yaitu kasih antara pria dan wanita, kasih yang dipengaruhi oleh perasaan – tidak stabil. Kasih yang diharapkan adalah kasih Agape, kasih yang ilahi, kasih yang murni, yang stabil dan kasih yang mencerminkan kasih Kristus. Lalu kesetiaan seperti apa yang dimaksud:
Pertama kesetiaan dalam pernikahan berarti monogami. Pernikahan Kristen berpegang pada monogami dan menentang poligami. Jelasnya, poligami merendahkan martabat wanita sebagai manusia. Poligami merupakan sebuah penghinaan terhadap hukum kasih.
Kedua, kesetiaan dalam pernikahan berarti sebuah janji seumur hidup untuk mengasihi dan setia dalam situasi suka dan duka.
Ketiga, kesetiaan dalam pernikahan berarti saling merendahkan diri dalam takut akan Kristus. Rasul Paulus menekankan prinsip saling merendahkan diri dalam hubungan keluarga: rendahkan dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristu (Efesus 5:21). Paulus meminta kerendahan diri seperti yang dilakukan Kristus dengan kasih pengorbanan.
Keempat, kesetiaan di dalam pernikahan berarti mengendalikan diri untuk membangun hubungan dengan orang lain yang bukan suami atau istri. Perzinahan dan perceraian tidak dapat diterima dalam bentuk apa pun bagi para pengikut Yesus Kristus. Pada saat kita mengakui bahwa pernikahan Kristen mempersatukan kita dalam sebuah kenyataan “satu daging”, maka persinahan dan perceraian melanggar kenyataan “satu daging” itu dan menghancurkan kesejahteraan pasangan masing-masing. Pernikahan harus merupakan suatu perjanjian permanen baik kaya maupun miskin, sakit maupun sehat sampai kematian memisahkan kita.
Apa yang terjadi ketika keutuhan “satu daging” itu putus, terkoyak? Ia akan cacat dan tidak akan memberi fungsi yang baik, maka terus pertahankan keutuhan “satu daging” itu.
pendeta David Wilkerson : Pernikahan Kristen adalah sebuah perjanjian (covenant) antara satu orang laki-laki dan satu orang perempuan yang ditahbiskan dan dimateraikan oleh Allah Pernikahan sekedar acara yang dilakukan di gereja dengan memberkati pasangan yang akan menikah dan setelah itu selesai. Pernikahan merupakan sebuah perjanjian ilahi yang melibatkan Allah di dalamnya. Allah turut hadir dalam pembuatan perjanjian itu.
Pernikahan merupakan jawaban Tuhan bagi kebutuhan manusia yang terdalam hidup bersekutu dengan seseorang. Ketika manusia pertama diciptakan yaitu adam dan hawa, kata yang digunakan dalam Kejadian 2:18 adalah kata sepadan yang berarti “saling berhadapan.” Ayat ini mengungkapkan bahwa dalam hubungan yang begitu intim keduanya dipersatukan dalam persekutuan yang tidak terpisahkan yang memuaskan kerinduan paling dalam di dalam hati manusia.
Sebuah perjanjian pernikahan dalam kekristenan adalah hal yang unik dari pada perjanjian pernikahan lain. Hal ini karena didasari pada kasih, dan juga adanya komitmen yang panjang. Perjanjian dalam pernikahan Kristen tidak menuntut ketaatan yang buta, tanpa pemaknaan yang jelas. Namun sebuah perjanjian itu dibuat karena adanya unsur kasih di dalamnya. Pernikahan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan seharusnya dapat merefleksikan hubungan antara Kristus dan Jemaat. Kasih Kristus kepada jemaat dapat terpancar dari hubungan pernikahan antara suami dan istri.
Pernikahan Kristen pun mempunyai standar-standar pengaturannya. Pengaturan standar-standar pernikahan Kristen tidak berakar pada standar hukum gereja (church law) dan hukum yang berlaku di masyarakat (civil law), namun pernikahan Kristen berdasarkan kepada hukum ilahi (divine law). Hukum ilahi adalah sebuah wahyu ilahi yang berwenang yang dapat ditemukan dalam Alkitab itu sendiri.
Nats Alkitab
Efesus 5:31 Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
1 Kor 7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
Matius 19:5-6 :Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
1 KORINTUS 7:12-15
Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.
Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.
Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.
Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera
Efesus 5:22-33
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya.
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Kolese 3 : 14 - 15
14 : “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”
15 : “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.”
Matius 19 : 6
6 : "Demikian mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Markus 10 : 8 – 9
8 : “sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.”
9 : “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Mau Dapat Uang Saat Internetan, Tanpa Modal Dan Bukan Tipu-Tipu : Klik Disini
Baca Juga " Informasi Paling hot dan Terpopuler "
0 comments:
Post a Comment