CARA PEMASANGAN INFUS UNTUK KESEHATAN PASIEN

CARA PEMASANGAN INFUS UNTUK KESEHATAN PASIEN

Pemasangan infuse merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (potter, 2005)


CARA PEMASANGAN INFUS UNTUK KESEHATAN PASIEN


Indikasi pemasangan infuse:

Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian obat secara langsung kedalam intravena.
Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat.
Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui infuse.
Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi intramuskuler.
Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral atau intramuskuler.

URAIAN PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

Instruksi pemasangan infuse dari Dokter tercata lengkap dan jelas pada rekam medic atau secara lisan pada keadaan darurat bila ada kurang dimengerti segera tanyakan pada Dokter yang memberi instruksi


Persiapan:

Meja/trolly serupa meja suntik tersedia diatasnya: IV catheter yang akan digunakan. IV catheter cadangan atau wing needle. Transfusion set/infusion set terbungkus steril, kapas alkohol 70%, bethadine, kasa steril, plester/hypafik, spalk, larutan infuse yang akan diberikan.
Standar infuse.
Pencahayaan yang baik.
Tutup ruang pasien agar pelaksana dapat lebih konsentrasi.
Beritahukan kepada pasien tentang pemasangan infuse dan tenangkan pasien
Persiapkan cairan yang akan diberikan dengan menusukkan bagian tajam infusion set kedalam botol larutan infuse. Buka saluran hingga ciaran infuse memenuhi seluruh selang tanpa menyisakan udara dalam selang infus
Lakukan pemasangan infuse
Tentukan lokasi pemasangan, sesuaikan dengan keperluan rencana pengobatan, punggung tangan kanan/kiri, kaki kanan/kiri.
Siapkan plester.
Ligasi bagian proximal dari lokasi vena yang akan ditusuk dengan menggunakan ligator khusus (tourniquet).
Memakai sarung tangan.
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
Lencangkan kulit dengan memegang tangan/kaki dengan tangan kiri, siapkan IV cathter di tangan kanan.
Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembuluh vena dengan lubang jarum menghadap keatas, sudut tusukan 30-40 derajat arah jarum sejajar arah vena, lalu dorong.
Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar bagian jarum sedikit. Lanjutkan mendorong kanul kedalam vena secara perlahan sambil diputar sampai seluruh kanul masuk.
Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar dari kanul. Tahan bagian kanul dengan ibu jari.
Hubungkan kanul dengan infusan/transfusion set. Buka saluran infuse perhatikan apakah tetesan lancer. Perhatikan apakah lokasi penusukan membengkak, menandakan ekstravasasi cairan sehingga penusukan harus diulang dari awal
Bila tetesan lancer, tak ada ekstravasasi, lakukan fiksasi dengan plester/hypafix dan pada bayi/balita diperkuat dengan spalk.
Letakkan kassa steril yang sudah dioleskan dengan  betadine, lalu tempelkan pada vena yang ditusuk kemudian rekatkan dengan plester.
Pasang plster berikutnya untuk mengamankan selang infuse.
Rapikan pasien dan bereskan alat-alat.
Cuci tangan.
Atur tetesan infuse sesuai instruksi.
Dokumentasikan, lengkapi berita acara pemberian infuse, catat jumlah cairan masuk dan keluar, catat balance cairan 24 jam setiap harinya, catat dalam perincian harian ruangan.

Memasang kateter

1.      Tujuan
a)      Mendapatkan specimen urin steril
b)      Mengosongkan kandung kemih
2.      Persiapan


A. Alat Alat Pemasangan Infus
 a. bak instrumen
 b. spuit 10 cc
 c. bengkok
 d. Handscoen
 e. aquadest
 f. gunting plaster
 g. perlak
 h. kateter
 i. Kapas air
 j. kasa
 k. Urine bag l. jelly/vaselin m.Selimut

3.   Obat

a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %

4.      Prosedur Pemasangan Infus

1)pada laki-laki

a)      Member tahu dan menjelaskan pada klien
b)      Mendekatkan alat-alat
c)      Memasang sampiran
d)      Mencuci tangan
e)      Menanggalkan pakaian bagian bawah
f)       Memasang selimut mandi, perlak dan pengalas bokong.
g)      Menyiapkan posisi klien
h)      Meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
i)       Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
j)       Memegang penis dengan tangan kiri
k)      Menarik preputium sedikit ke pangkalnya, kemudian membersihkanya dengan kapas
l)       Mengambil kateter, ujungnya di beri vaselin 20 cm
m)    Memasukkan kateter perlahan-lahan jedalam uretra 20 cm sambil penis diarahkan ke atas, jika            kateter tertahan jangan di paksakan. Usahakan penis lebih di keataskan, sedikit dan pasien di              anjurkan menarik nafas panjang dan memasukkan kateter perlahan-lahan sampai urine keluar,            kemudian menampung urine kedalam botol steril bila diperlukan untuk pemeriksaan.
n)      Bila urine sudah keluar semua anjurkan klien untuk menarik nafas panjang. Kateter di cabut                 pelan-pelan di masukkan ke dalam botol yang berisi larutan klorin.
o)      Melepas sarung tangan dan memasukkan ke dalam botol bersama dengan kateter dan pinset.
p)      Memasang pakaian bawah, menambil perlak dan pengalas.
q)      Menarik selimut dan mengambil selimut mandi.
r)       Membereskan alat.
s)       Mencuci tangan.

2) pada wanita

  • Memberitahu dan menjelaskan pada klien.
  •  Mendekatkan alat-alat
  • Memasang sampiran
  • Mencuci tangan
  • Menanggalkan pakaian bagian bawah
  • Memasang selimut mandi,perlak dan pengalas bokong
  •  Menyiapkan posisi klien
  • Meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
  • Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
  • Lakukan vulva higyene
  • Mengambil kateter lalu ujungnya diberi faseline 3-7 cm
  • Membuka labiya mayora dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri sampai       terlihat meatus uretra, sedangkan tangan kanan memasukkan ujung kateter perlahan-lahan ke     dalam uretra sampai urine keluar,sambil pasien dianjurkan menarik nafas panjang.
  • Menampung urine kedalam bengkok bila diperlukan untuk pemeriksaan. Bila urine sudah keluar semua ,anjurkan klien untuk menarik nafas panjang, kateter cabut pelan pelan di masukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan klorin.
  • Melepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset.
  • Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas.
  • Menarik selimut dan mengambil selimut mandi
  • Membereskan alat
  • Mencuci tangan



Melepas Kateter

            Melepas drainase urine pada klien yang dipasang kateter.
            Tujuan:
            Melatih klien berkemih secara normal tanpa menggunakan kateter.
         
Peralatan  :

  • Sarung tangan
  • Pinset
  • Spuit
  • Batadine
  • Bengkok 2 buah
  • Plester
  • Bensin
  • Lidi wetan


Prosedur Pemasangan Infus:

  • Meberitahu pasien
  • Mendekatkan alat
  • Memasang sampiran
  • Mencuci tangan
  • Membuka plester dengan bensin
  • Memakai sarung tangan
  • Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit
  • Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang, kemudian letakkan kateter pada bengkok.
  • Olesi area preputium(meatus,uretra) dengan betadin
  • Membereskan alat
  • Melepaskan sarung tangan
  • Mendokumentasikan.


Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan Suhu Tubuh
Pemeriksaan Frekuensi Nadi
Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan
Pemasangan vital sign

A.    Pemeriksaan Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah merupakan suatu tindakan melakukan pengukuran tekanan darah, yaitu hasil dari curah jantung dan tahanan perifer, menggunakan Sphygmomanometer. Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik. Sedangkan tekanan terendah terjadi saat jantung beristirahat yang disebut tekanan diastolik. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.

Pemeriksn tekanan darah bertujuan untuk menilai system kardiovaskular/keadaan hemodinamik klien (curah jantung, tahanan vaskuler perifer, volume darah dan viskositas, dan elastisitas arteri). Pemeriksaan dilakukan pada setiap pasien yang masuk ke ruang pemeriksaan atau ruang perawatan, secara rutin pada pasien yang dirawat, dan sewktu-waktu sesuai kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, hindari pemeriksaan pada ekstrimitas yang terpasang infus, trauma ataupun gips; apabila akan mengulang prosedur pemeriksaan, tunggu sekitar 30 detik sampai satu menit setelah skala nol; serta periksa terlebih dahulu arteri brachialis dengan tepat.
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sfigmomanometer dan stetoskop.

Sfigmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa. Sfigmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. Agar sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi.

Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:

Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).
Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg (ke 198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor.

Laju Penurunan kecepatan dari 200mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.

Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.

Ukuran Manset
Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pemakaian manset yang sesuai bagi pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien, seperti pada anak-anak, maka pembacaannya akan lebih rendah dari tekanan sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obesitas, maka pembacaan tekanan akan lebih tinggi dibanding tekanan sebenarnya. Maka diproduksi berbagai ukuran manset untuk berbagai ukuran lingkar lengan.


Jenis Manset Lebar Kantong Karet

(cm) Panjang Kantong Karet
(cm)
Neonatus 2.5 – 4.0 5.0 – 9.0
Bayi 4.0 – 6.0 11.5 -18.0
Anak 7.5 – 9.0 17.0 – 19.0
Dewasa 11.5 -13.0 22.0 – 26.0
Lengan besar 14.0 -150 30.5 – 33.0
Paha 18.0 -19.0 36.0 – 38.0
Tabel 1: Ukuran Manset

Rentang Nilai Tekanan Darah


a. Neonatus dan Anak

Umur (Tahun) Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Neonatal 75-105 45-75
2 – 6 80-110 50-80
7 85-120 50-80
8 90-120 55-85
9 90-120 55-85
10 95-130 60-85
11 95-135 60-85
12 95-135 60-85
13 100-140 60-90
14 105-140 65-90
Tabel 2: Rentang Nilai (Batasan Normal) Tekanan Darah
pada Bayi dan Anak


b. Remaja dan Dewasa (> 15 tahun)

Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Hipotensi < 90 < 60
Normal 90 – 119 60 – 79
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109
Krisis Hipertensi 180 atau lebih 110 atau lebih
Tabel 3: Rentang Nilai Tekanan Darah pada Dewasa

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah (Perry dan Potter, 1993)

a.     Umur

Tekanan darah akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikaitkan dengan berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri, dinsing arteri semakin kaku sehingga tahanan pada arteri semakin basar dan meningkatkan tekanan darah.

b.     Waktu Pengukuran

Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.

c.     Latihan dan Aktivitas Fisik

Latihan dan aktivitas fisik dapat meningkatkan cardiac output dan tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan peningkatan metabolism tubuh. Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga membutuhkan aliran yang lebih cepat untuk mensuplai oksigen dan nutrisi (tekanan darah naik).

d.     Stress (kecemasan, takut, emosi dan nyeri)

Stress ini akan merangsang syaraf simpatik, mengakibatkan peningkatan denyut jantung serta peningkatan resistensi atau tahanan arteri. Selain itu juga mengakibatkan vasokonstriksi arteri.

e.     Miscellaneus Faktor/Posisi Tubuh

Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring, gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal, sehingga jantung tidak terlalu memompa dan tidak terlalu melawan gaya gravitasi. Pada saat duduk maupun berdiri, kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi bumi, sehingga kecepatan denyut jantung meningkat. Posisi berbaring tekanan darah lebih rendah daripada duduk atau berdiri. Baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan berusaha menstabilankan tekanan darah.

f.      Obat-obatan

Terdapat beberapa obat yang dapat menyebabkan peningkatan ataupun penurunan tekanan darah, seperti analgetik yang dapat menurunkan tekanan arah.

 B. Pemeriksaan Suhu Tubuh

Pemeriksaan suhu tubuh akan memberikan tanda/hasil suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat, yaitu:
a.     Aksila/Ketiak, dilakukan selama 5-10 menit (Eoff dan Joyce, 1981
b.     Oral/mulut, dilakukan selama 2 menit (Baker et.al, 1984)
c.     Rectal/Anus, dilakukan selama 2 menit (Kucha, 1972)
d.     Timpanik/Telinga, dilakukan selama 2 detik (Erickson et.al,1991)
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :
a.     Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C. Untuk mengukur suhu hipotermi diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25 derajat Celcius.
b.     Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36,5 - 37,5°C
c.     Febris / pireksia / panas, bila suhu tubuh diatas 37,5 - 40°C
d.     Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

a. Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Suhu tubuh sangat terkait dengan laju metabolisme.

b.Rangsangan saraf simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

c.Hormone pertumbuhan

Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.

d.Hormone tiroid

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

e.Hormone kelamin

Hormone kelamin pria (testosterone)dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

f.Demam (peradangan)

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

g.Status gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

h.Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

i.Gangguan organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

j.Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

C.    Pemeriksaan Frekuensi Nadi

Pemeriksaan denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri, dengan cara menghitung kecepatan/loncatan aliran darah yang dapat teraba pada berbagai titik tubuh melalui perabaan. Pemeriksaan nadi dihitung selama satu menit penuh, meliputi frekuensi, keteraturan dan isi. Selain melalui perabaan dapat juga diperiksa melalui stetoskop.

Pemeriksaan denyut nadi bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengetahui integritas system kardiovaskuler, dan mengikuti perkembangan jalannya penyakit.
Titik denyut, misalnya: denyut arteri temporalis dan arteri frontalis pada kepala, arteri karotis pada leher, arteri brachialis pada lengan atas/siku bagian dalam, arteri radialis dan ulnris pada pergelangan tangan, arteri poplitea pada belakang lutut, dan arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki.

Frekuensi denyut nadi sangat bervariasi, tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Demikian juga halnya waktu berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga atau waktu emosi.
Batasan dan Klasifikasi (Whaley dan Wong, 1993)
Bayi yang baru dilahirkan (1-3 bulan): 120-140 kali/menit, bayi 4 bulan-2 tahun: 80-150 kali/menit, anak 2-10 tahun: 70-110 kali/mnit, anak anak >10 tahun: 55-90 kali/menit, dewasa: 60-90 kali/menit, dan usia lanjut yang sehat: 60/100 kali/menit.

Nadi yang cepat disebut tathicardia atau pulsus frekuens, dan nadi yang lambat disebut bradicardia atau pulsus rarus. Pulsus frekuens dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis, infeksi streptokokus, difteria dan berbagai jenis penyakit jantung. Nadi yang lambat terdapat pada penyakit miksudema (kekurangan tiroksin), penyakit kuning dan tifoid. Irama nadi sifatnya teratur pada orang sehat, akan tetapi nadi yang tidak teratur belum tentu abnormal. Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana frekuensi nadi menjadi cepat pada saat inspirasi dan melambat waktu ekspirasi. Hal demikian adalah normal dan mudah dijumpai pada anak-anak. Jenis nadi tidak teratur lainnya adalah abnormal.


D.    Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan

Pemeriksaan frekuensi pernafasan dilakukan dengan menghitung jumlah pernafasan, yaitu inspirasi yang diikuti ekspirasi dalam satu menit penuh. Selain frekuensi, pemeriksa juga menilai kedalaman dan irama gerakan ventilasi (jenis/sifat pernafasan). Selain itu, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan umum klien, mengikuti perkembangan penyakit, dan membantu menegakkan diagnosa.

Jenis Pernafasan

Chyne Stokes: pernafasan yang sangat dalam yang berangsur-angsur menjadi dangkal dan berhenti sama sekali (apnoe) selama beberapa detik untuk kemudian menjadi dalam lagi. (keracunan obat bius, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan perdarahan pada susunan saraf pusat)
Biot : pernapasan dalam dan dangkal yang disertai masa apnoe yang tidak teratur. (meningitis)
Kusmaul : pernapasan yang inspirasi dan ekspirasi sama panjangnya dan sama dalamnya, sehingga keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam. (keracunan alkohol dan obat bius, koma, diabetes, uremia

Batasan Normal

Batasan normal beraneka ragam tergantung usia. Pada bayi: 30 – 60 kali/menit, anak-anak: 20 – 30 kali/menit, remaja: 15 – 24 kali/menit, dan dewasa: 16 – 20 kali/menit.

Definisi NGT

     NGT  adalah kependekan dari Nasogastric tube. alat ini adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plasitic yang dipasang melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3 kategori yaitu:
Dewasa ukurannya 16-18 Fr
Anak-anak ukurannya 12-14 Fr
Bayi ukuran 6 Fr

Indikasi pemasangan NGT
indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut:
Pasien tidak sadar
pasien Karena kesulitan menelan
pasien yang keracunan
pasien yang muntah darah
Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut

Tujuan Pemasangan NGT
Tujuan pemasangan NGT adalah sebagai berikut:
Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan
Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar
Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan
Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada lambung

Kontraindikasi pemasangan NGT
Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus
Pasien yang mengalami cidera serebrospinal

Peralatan yang dipersiapkan diantaranya adalah;
Selang NGT ukuran dewasa, anak –anak dan juga bayi. Melihat kondisi pasiennya
Handscun bersih
Handuk
Perlak
Bengkok
Jelli atau lubricant
Spuit 10 cc
Stetoskop
Tongue spatel
Plaster
Pen light
Gunting
Langkah Pemasangan NGT
Langkah –langkah dalam pemasangan NGT diantaranya dengan:
Siapkan peralatan di butuhkan seperti yang telah disebutkan diatas termasuk plester 3 untuk tanda, fiksasi di hidung dan leherdan juga ukuran selang NGT
Setelah peralatan siap minta izin pada pasien untuk memasang NGT dan jelaskan pada pasien atau keluarganya tujuan pemasangan NGT
Setelah minta izin bawa peralatan di sebelah kanan pasien. Secara etika perawat saat memasang NGT berda di sebelah kanan pasien
Pakai handscun kemudian posisikan pasien dengan kepala hiper ekstensi
Pasang handuk didada pasien untuk menjaga kebersihan kalau pasien muntah
Letakkan bengkok di dekat pasien
Ukur selang NGT mulai dari hidung ke telinga bagian bawah, kemudian dari telinga tadi ke prosesus xipoidius setelah selesai tandai selang dengan plaster untuk batas selang yang akan dimasukkan
Masukkan selang dengan pelan2, jika sudah sampai epiglottis suruh pasien untuk menelan dan posisikan kepala pasien fleksi, setelah sampai batas plester cek apakah selang sudah benar2 masuk dengan pen light jika ternyata masih di mulut tarik kembali selang dan pasang lagi
Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar2 masuk lambung atau trakea dengan memasukkan angin sekitar 5-10 cc dengan spuit. Kemudian dengarkan dengan stetoskop, bila ada suara angin berarti sudah benar masuk lambung. Kemuadian aspirasi kembali udara yang di masukkan tadi
Jika sudah sampai lambung akan ada cairan lambung yang teraspirasi
Kemudian fiksasi dengan plester pada hidung, setelah fiksasi lagi di leher. Jangan lupa mengklem ujung selang supaya udara tidak masuk
Setelah selesai rapikan peralatan dan permisi pada pasien atau keluarga.
Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu harus dilepas dan di pasang NGT yang baru.
Langkah –langkah pemberian makanan cair lewat NGT
Makanan yang bisa di masukkan lewat NGT adalah makanan cair, caranya adalah sebagai berikut:
Siapakan spuit besar ukuran 50 cc
Siapakan makanan cairnnya ( susu, jus)
Pasang handuk di dada pasien dan siapkan bengkok
Masukkan ujung spuit pada selang NGT dan tetap jaga NGT supata tidak kemasukan udara dengan mengklem.
Masukkan makanan cair pada spuit dan lepaskan klem, posisi spuit harus diatas supaya makanan cairnya bisa mengalir masuk ke lambung.
Jangan mendorong makanan dengan spuit karena bisa menambah tekanan lambung, biarkan makanan mengalir mengikuti gaya gravitasi
Makanan yang di masukkan max 200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc maka bisa dilakukan 4 kali .
Apabila akan memasukkan makanan untuk yang kedua, jangan lupa mencuci dulu spuit. Jika sudah selesai aliri selang NGT dengan air supaya sisa-sisa makanan tidak mengendap di selang karena bisa mengundang bakteri.
Jika sudah rapikan peralatan



Artikel Menarik : Kesamaan Persepsi Dalam INFOPRENEUR